Senang sekali bisa punya kolega sehebat Mas Ruwi dan Mas Onte ini. Saya ga mau panjang lebar disini, bagi yang ingin jadi wirausaha yang ramah lingkungan dan mensejahterakan masyarakat luas, belajarlah dari pengalaman dua orang “gila” beserta tim-nya ini! 😀 selamat membaca! (Sumber tulisan asli disini)
Sore itu sekitar pukul 16.00, Kota Hujan mengeluarkan hawa mendung. Awan pekat menjalari perjalanan kami menuju Perkumpulan Telapak, yang berlokasi di Perumahan Taman Yasmin Sektor V, Jl. Palem Putri III, No. 1, Bogor. Tiba di lokasi, kami disambut sebuah bangunan mungil, dengan logo kecil di dindingnya berupa “selembar daun hijau”. Di bawahnya ada 2 telapak kaki tersembunyi. Jejak-jejak kaki juga tercetak jelas di lantai semen yang sudah mengering. Hal ini meyakinkan kami bahwa benar bangunan yang ada di depan adalah tempat yang kami cari. Masuk ke dalam bangunan itu, pemandangan khas organisasi muncul di depan mata. Orang-orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Tepat di depan pintu, ada meja dengan sekat tembus pandang, di mana seorang pria tengah berkonsentrasi dengan ketikannya. Di ruangan yang lain ada sekumpulan orang yang tengahmengadakan meeting kecil.

Khusnul Zaini dan Silverius Oscar Unggul (Onte)
Salah seorang dari mereka yang tengah rapat itu tiba-tiba mengetahui keberadaan kami. Pria paruh baya berperawakan kurus, dengan rambut gondrong sebahu itu pun datang menyambut. Pribadinya terkesan sederhana namun santun. Senyum ramah terus menghiasi wajahnya yang friendly. Tak disangka, dialah Khusnul Zaini, Presiden Telapak periode tahun ini. Jabatan ini adalah jabatan tertinggi di Badan Perkumpulan Telapak (BPT). Adapun wakilnya ada 2 orang yaitu Muchlis Ladiku Usman (Pendoks) dan Muhammad Djufryhard. Sementara itu, Silverius Oscar Unggul adalah mantan Wakil Badan Pengurus Perkumpulan Telapak periode sebelumnya.
Fokus Telapak yang pertama sebenarnya adalah mengkampanyekan anti illegal loging hutan-hutan Indonesia. Fokus utamanya ada di Papua dan Kalimantan. Tapi kemudian investigasi dilakukan secara merata, karena anggota Telapak tersebar dimana-mana. Ada yang di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua, dll.
Seiring berjalannya waktu, kalangan anggota berpikir untuk menjadikan Telapak sebagai bentuk konglomerasi sosial, yakni yang semula hanya fokus di kampanye anti illegal loging, kini merambah di beberapa unit bisnis, misalnya, Kotahujan.com, Gekko Studio, T-port, Koperasi Telapak, Poros Nusantara, serta Poros Nusantara Media. Koperasi Telapak banyak tersebar di seluruh nusantara dengan fokus yang berbeda-beda. Misalnya Koperasi Wana Lestari Menoreh (KWLM) di Kulon Progo. KWML ini fokus di tanaman obat-obatan/jamu-jamuan. Ada lagi Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJLI) di Kendari yang fokus di kayu jati, dll. Total anggota sekarang sudah 174 di 27 propinsi, dengan 19 badan teritori.
Tiba-tiba muncullah di antara kami seorang lelaki berpostur tinggi besar dengan guratan wajah khas Indonesia timur. Dia kemudian menyambangi kami, dan memperkenalkan diri sebagai Silverius Oscar Unggul, atau kerap disapa Onte. Onte adalah satu contoh dari tokoh sosial enterpreneur yang sukses membaktikan diri untuk kejayaan alam. Nama Onte ini berasal dari singkatan “orang Entete” (Nusa Tenggata Timur, tempat ia dibesarkan). Sejak kecil ia sudah dekat dengan alam. Hobinya naik turun gunung, keluar masuk hutan. Hal ini dilakukannya sampai selesai belajar di Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari. Berangkat dari hobinya ini, Onte menemukan fakta bahwa penggundulan hutan semakin merajalela. Dengan pemikirannya yang idealis kala itu, ia pun memiliki gagasan untuk memerangi illegal logging. Melalui LSM Yascita, binaannya pada tahun 1998, serta keterlibatannya sebagai Vice Presiden Telapak masa itu, iapun mengembangkan community legal logging. kampanye pun dilakukan melalui berbagai media, baik radio (Radio Swara Alam), Koperasi Hutan Jaya Lestari Indonesia (KHJLI), sampai membangun Televisi Lokal sendiri di Kendari. Terbukti televisi lokalnya kini menjadi salah satu unit bisnis yang membanggakan di bawah binaan Telapak. Pria yang memiliki tato di lengan ini, kini banyak diganjar berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri tentang kiprahnya dalam memberantas illegal logging.
Berikut wawancara lengkap Gustyanita Pratiwi dan Darandono dari SWA dengan Khusnul Zaini dan Silverius Oscar Unggul dari Telapak:
Bagaimana awalnya misi Telapak ini? Apa latar belakang Bapak melakukan kegiatan yang memiliki misi sosial ini?
Khusnul Zaini : Organisasi ini memang awalnya adalah yayasan (1995). Setelah lama berselang, terjadi perdebatan di antara anggota yayasan sendiri. Kalau namanya anggota yayasan kan terbatas hanya beberapa orang. Dalam undang-undang yayasan, jelas yang menentukan A,B,C-nya adalah Dewan Anggota. Perdebatan di internal ini intinya kami mau bagaimana? Apakah hanya sebatas ini saja (eksklusif), atau organisasi kami menjadi terbuka. Sampai voting, diputuskan untuk terbuka, meskipun kemudian ada beberapa anggota yayasan yang sebagai pendiri kemudian keluar. Oke, kalau keputusannya menjadi perkumpulan, dia tidak setuju, dia keluar. Setelah itu, prosesnya adalah melalui rekruitmen. Rekruitmen ini dilakukan sejak tahun 2002 (ketika sudah menjadi perkumpulan). Waktu itu memang masih transisi dari yayasan menjadi perkumpulan. Kami belum men-declare sebagai organisasi gerakan. Antara 2002-2006 itu memang menjadi masa-masa transisi. Kalau kami bisamendeclare sebagai organisasi gerakan, artinya konsekuensinya menjadi sangat besar. Kami harus berani melawan arusmainstream yang umum. Tahun 2006, setelah kami mubes di Bali, kami men-declare sebagai organisasi gerakan dengan arahan Gerpak (Gerakan Telapak). Sama juga seperti Orde Baru dulu. Zamannya Soeharto dulu kan ada Repelita. Kami juga ada seperti itu. Setiap mubes maka diputuskan, ada kegiatan yang terkait bidang politik, ekonomi, budaya, maupun keorganisasian.
Continue reading “Konglomerasi Sosial? Mengapa Tidak?” →